Selasa, 25 Maret 2014

EPIDEMIOLOGI - Fenomena Sporadik


Ø  Fenomena Sporadik
Sporadik adalah  adalah suatu keadaan dimana suatu masalah kesehatan ( umumnya penyakit)  yang ada di suatu wilayah tertentu frekuensinya berubah-ubah menurut perubahan waktu.

77 kasus baru polio ditemukan di Nigeria

Minggu, 9 September 2012 07:49 WIB
"Hanya Nigeria, Pakistan dan Afghanistan saat ini menghadapi penyakit tersebut."
Sokoto, Nigeria (ANTARA/Xinhua-OANA) - Sedikit-dikitnya 77 kasus baru poliomyelitis telah dicatat di 10 negara bagian di Nigeria utara, kata seorang pejabat senior pemerintah, Sabtu (8/9).

Direktur Pelaksana Lembaga Pembangunan Perawatan Kesehatan Primer Nasional (NPHCDA), Ado Mohammed, mengungkapkan itu di Negara Bagian Sokoto, Nigeria utara, dalam pertemuan penanggulangan polio bersama 35 emir di wilayah tersebut.
Semua kasus mengenai virus ganas (wild polio) --polio yang disebabkan secara alamiah, bukan karena vaksin yang berisi virus hidup-- prevalensi di 209 wilayah di 30 pemerintah lokal, kata Mohammed kepada peserta pertemuan.
Menurut dia, Presiden Nigeria, Goodluck Jonathan, terikat komitmen penuh pada pemberantasan total penyakit tersebut dari negara Afrika Barat itu paling lambat pada akhir tahun ini.
Ia mengatakan, Presiden Nigeria tersebut telah membentuk satuan tugas khusus presidensial mengenai pemberantasan polio dan ia memiliki tekad serta i`tikad politik mengenai itu.
Mohammed mengatakan, kepada peserta pertemuan pemimpin Nigeria tersebut juga telah melipat-gandakan dana dalam negeri bagi upaya yang dilancarkan guna menghentikan sepenuhnya penyebaran penyakit itu.
"Hanya Nigeria, Pakistan dan Afghanistan saat ini menghadapi penyakit tersebut di dunia dan ini adalah sumber keprihatinan bagi semua pemegang saham," ujarnya sebagaimana dilaporkan Xinhua yang dipantau ANTARA News di Jakarta, Ahad pagi.
"Kami ingin memastikan semua masyarakat yang terpengaruh secara layak dapat dijangkau sehingga semua anak dapat memperoleh kekebalan terhadap polio dan penyakit lain yang biasa menyerang anak-anak," kata Mohammed.
Polio adalah penyakit sangat menular yang disebabkan oleh virus yang memasuki tubuh melalui mulut dan berkembang-biak di dalam usus.


DAFTAR PUSTAKA

Friedman, Garry D. Prinsip-prinsip Epidemiologi, terj. J. Andri Hartono, Yogyakarta : Penerbit Buku-buku Ilmiah Kedokteran, 1986.
Kasjono, HS. Intisari Epidemiologi. Yogyakarta : Mitra Cendikia, 2009.
Nasry Noor, Nur. Epidemiologi. Jakarta : Rineka Cipta, 2008.
 “Herpes zoster.” http://id.wikipedia.org/wiki/Herpes_zoster (diakses tanggal 14 Maret 2014).
Firman. Makalah herpes zoster.” firmanpharos.files.wordpress.com/2010/05/makalah
herpes-zoster.doc (diakses tanggal 14 Maret 2014).

EPIDEMIOLOGI - Fenomena Endemik


Ø  Fenomena Endemik
Endemik adalah suatu keadaan dimana penyakit secara menetap berada dalam masyarakat pada suatu tempat / populasi tertentu.
Demam berdarah disebabkan karena virus yang masuk ke alirah darah melalui vektor, antara lain gigitan nyamuk Aedes aegypty. Orang yang terkena demam berdarah menunjukkan gejala demam tinggi, pusing dan bercak merah. Sejauh ini belum ada obat yang spesifik melawan penyakit ini. Pasien biasanya hanya diberi cairan tubuh untuk menghindari dehidrasi akibat demam dan muntah. Sementara untuk obat biasanya hanya untuk menghilangkan nyeri dan meredakan demam.
Sebuah Harian Satelit Post, Pemalang, menyatakan bahwa terdapat tiga wilayah di Kecamatan Pemalang sebagai wilayah endemik atau sering kedapatan kasus Demam Berdarah yaitu Kebondalem, Mulyoharjo, dan Sugihwaras, Rabu (5/2) kemarin dan Kamis (6/2) hari ini di-fogging.
Fogging atau pengasapan untuk membunuh nyamuk dewasa aidesaegipty yang dilakukan ini adalah kegiatan penanganan setelah banjir yang menimpa beberapa daerah di Pemalang. Sedianya, kegiatan ini akan dilakukan di 10 titik di pedesaan yang tertimpa musibah banjir di Kabupaten Pemalang.
Di samping itu, Chikungunya merupakan jenis demam yang disebabkan oleh alphavirus yang disebabkan oleh gigitan nyamuk Aedes aegypti (nyamuk yang juga dapat menularkan penyakit demam berdarah dengue). Penyakit chikungunya disebabkan oleh sejenis virus yang disebut virus chikungunya.
Penyakit yang juga dikenal dengan demam tulang atau flu tulang ini memiliki gejala yang sepertii tubuh yang tiba – tiba mengalami demam diikuti dengan linu di persendian, serta timbul juga rasa ngilu dan sakit pada tulang. Gejala yang dialami sedikit mirip dengan infeksi virus dengue dengan sedikit berbeda pada hal – hal tertentu.
Pada anak kecil dimulai dengan demam mendadak, kulit kemerahan. Ruam – ruam merah muncul setelah 3 – 5 hari. Mata pun terlihat merah dan disertai tanda – tanda seperti flu. Sering dijumpai anak kejang demam. Sedangkan pada anak yang lebih besar, demam diikuti dengan rasa sakit pada otot dan sendi, serta pembesaran kelenjar getah bening. Pada umumnya demam yang terjadi pada anak berlangsung selama tiga hari. Dan pada orang dewasa, gejala nyeri sendi dan otot sangat dominan dan sampai menimbulkan kelumpuhan sementara karena rasa sakit bila berjalan. Kadang-kadang timbul rasa mual sampai muntah.
Belum obat khusus untuk menyembuhkan penyakit chikungunya. Walaupun sama - sama disebabkan oleh virus dan ditularkan oleh nyamuk Aedes Aegypti, penyakit chikungunya ini berbeda dengan penyakit demam berdarah dengue karena pada penyakit chikungunya tidak terjadi pendarahan hebat dan tidak bisa menyebabkan kematian. Penyakit ini cukup diobati dengan cara istirahat yang cukup, mengkonsumsi obat demam bila perlu karena sudah merasa tidak nyaman, serta antisipasi terhadap kejang demam bila terdapat riwayat kejang pada keluarga. Penyakit chikungunya akan sembuh sendiri dalam kurun waktu kurang lebih 7 hari sejak merasakan gejala nyeri dan ngilu tulang.

EPIDEMIOLOGI -Fenomena Pandemi


Ø  Fenomena Pandemi
Pandemi ialah epidemik yang terjadi dalam daerah yang sangat luas dan mencakup populasi yang banyak di berbagai daerah / negara di dunia.
Berita yang terkait, Flu burung adalah penyakit menular yang disebabkan oleh virus yang biasanya menjangkiti burung dan mamalia.
Senin, 12 Agustus 2013, terdengar berita mengejutkan dari London Inggris yang menyebutkan bahwa penyakit berbahaya ini dapat menular melaui manusia.
Para peneliti melaporkan kasus pertama penularan flu burung H7N9 dari manusia ke manusia. Laporan itu ditulis dalam Jurnal Kesehatan Inggris, Selasa (6/8), karena didapati kasus seorang perempuan berusia 32 tahun di Tiongkok terinfeksi flu burung setelah merawat ayahnya yang berusia 60 tahun.
Selama ini tidak ada bukti seseorang terkena virus H7N9 selain akibat kontak langsung dengan unggas. Sebagian besar pasien diketahui telah mengunjungi pasar unggas hidup atau melakukan kontak langsung dengan unggas hidup dalam satu atau dua minggu sebelum menjadi sakit.  
Kasus yang dialami ayah dan anak itu memberikan tanda peringatan kuat pada potensi penyebaran pandemi dan perlunya untuk tetap waspada.  
Selain itu, sekarang diduga sebagai penyebab wabah campak atau cacar, Wabah Antoninus adalah pandemi yang melanda Kekaisaran Romawi 165-180 AD. Juga dikenal sebagai Wabah Galen, penyakit ini diduga telah dibawa ke Roma oleh pasukan yang kembali dari pertempuran. Diperkirakan bahwa pada puncaknya Wabah Antoninus membunuh seperempat dari semua orang yang terinfeksi, sebanyak 5 juta, dan korban termasuk dua kaisar Roma. Pada 251 AD, sakit serupa terjadi, banyak orang percaya bahwa Wabah Antoninus telah kembali. Kali ini dikenal sebagai Wabah Siprianus, dan pada puncaknya dikatakan bahwa penyakit ini membunuh 5.000 orang setiap hari di kota Roma.

EPIDEMIOLOGI - Fenomena Epidemi


Ø  Fenomena Epidemi
Epidemi ialah mewabahnya penyakit dalam komunitas / daerah tertentu dalam jumlah yang melebihi batas jumlah normal atau yang biasa.
Dampak Epidemi HIV terhadap Industri di Riau
Pada bulan Oktober 2010, sebuah Harian ”Riau Pos” menerbitkan sebuah berita yang berjudul “AIDS di Riau Capai 253 Kasus”. Fakta ini menunjukkan HIV/AIDS sudah ada di pelupuk mata. Kasus HIV/AIDS sudah dideteksi pada semua kalangan, usia dan lapisan masyarakat.
Selama ini survailans tes HIV (tes ini dilakukan untuk mengetahui perbandingan antara yang HIV-positif dan HIV-negatif di kalangan tertentu pada kurun waktu yang tertentu pula) dilakukan dengan dipstick atau ELISA.
Orang-orang yang sudah HIV-positif tidak tampak karena sebelum mencapai masa AIDS, antara 5-10 tahun setelah tertular, sama sekali tidak ada gejala yang khas tapi yang bersangkutan sudah dapat menularkan HIV kepada orang lain melalui cara-cara yang sangat spesifik. Orang-orang inilah kemudian yang bisa menjadi mata rantai penularan HIV secara horizontal antar penduduk.
Perilaku berisiko tinggi tertular HIV adalah (1) melakukan hubungan seks penetrasi yang tidak aman (tidak memakai kondom) di dalam dan di luar nikah dengan pasangan yang berganti-ganti, (2) menerima transfusi darah yang tidak diskrining, dan (3) memakai jarum suntik dan semprit secara bersama-sama dengan bergiliran dan bergantian.
Saat ini epidemi HIV dipicu oleh pemakaian jarum suntik di kalangan pengguna narkoba suntikan. Jika di satu daerah sudah terdeteksi pengguna narkoba dengan jarum suntik maka epidemi HIV di daerah itu akan cepat menyebar secara horizontal antar penduduk.
Untuk mencegah agar tidak tertular HIV dapat dilakukan setiap orang yaitu dengan menghindari perilaku berisiko dan meningkatkan kewaspadaan universal terutama pada fasilitas kesehatan, seperti penggunaan jarum suntik yang steril, memakai sarung tangan, dll. Sedangkan di kalangan masyarakat diperlukan pengetahuan yang komprehensif tentang HIV/AIDS terutama tentang cara-cara penularan dan pencegahannya secara medis.
Untuk memutus mata rantai penyebaran HIV dianjurkan bagi penduduk yang pernah melakukan salah perilaku berisiko, seperti melakukan hubungan seks dengan pekerja seks, untuk menjalani tes HIV secara sukarela dengan konseling. Melalui cara ini, dikenal sebagai VCT (voluntary counselling and test), setiap orang akan mendapat konseling sebelum dan sesudah tes dan kerahasian dijamin.
Dengan mengetahui status HIV sebelum mencapai masa AIDS akan banyak manfaatnya. Misalnya, yang bersangkutan mendapatkan pengobatan karena sekarang sudah ada obat antiretroviral yang dapat menahan laju pertumbuhan HIV di dalam darah. Selain itu yang bersangkutan pun tidak lagi menjadi mata rantai penyebaran HIV secara horizontal karena ketika menjalani VCT sudah ada pendekatan yang harmonis sehingga ybs. memahami kondisinya dan tidak akan melakukan perilaku berisiko sehingga tidak akan terjadi penyebaran HIV.
Terkait juga, wabah Athena adalah sebuah epidemi yang pecah di Yunani selama Perang Peloponnesia pada 430 SM. Para sejarawan tidak dapat menyepakati apa wabah itu, dengan tipus, cacar, dan campak semua sedang dipertimbangkan, namun hal ini sering dianggap telah menjadi bentuk penyakit pes.Penyakit ini dimulai ketika penduduk Athena mundur dibalik tembok kota-negara untuk perlindungan dari tentara Spartan yang mendekat. Kuartal sempit pasti menjadi tempat berkembang biak bagi wabah, yang dikatakan telah membunuh satu dari tiga penduduk kota-negara, termasuk pemimpinnya, Pericles.

EPIDEMIOLOGI - The Core of Public Health Science


Statment “Epidemiologi adalah inti dari kesmas (The Core of Public Health Science  is Epidemiology)
Epidemiologi adalah ilmu yang mmepelajari tentang penyebaran penyakit serta determinan-determinan yang mempengaruhi penyakit tersebut. Untuk dapat memelihara dan meningkatkan derajat kesehatan, mencegah dan mengobati penyakit serta  memulihkan kesehatan masyarakat perlu disediakan dan diselenggarakan Pelayanan Kesehatan Masyarakat ( Public Health Service ) yang sebaik – baiknya.
Oleh karena itu pelayanan kesehatan masyarakat yang diberikan harus sesuai dengan kebutuhan ( Health Needs ) dari masyarakat. Namun dalam praktek sehari – hari ternyata tidaklah mudah untuk menyediakan dan menyelenggarakan pelayanan kesehatan masyarakat yang maksimal. Masalah pokok yang dihadapi adalah sulitnya merumuskan kebutuhan kesehatan yang ada dalam masyarakat karena pola kehidupan masyarakat yang beraneka ragam sehingga mengakibatkan kebutuhan kesehatan yang ditemukan juga beraneka ragam. Untuk mengatasinya, telah diperoleh semacam kesepakatan bahwa perumusan kebutuhan kesehatan dapat dilakukan jika diketahui masalah kesehatan yang ada di masyarakat. Misalnya ; apabila dalam suatu masyarakat banyak ditemukan masalah kesehatan berupa penyakit menular ( TBC ), maka pelayanan kesehatan yang disediakan akan lebih diarahkan kepada upaya untuk mengatasi masalah penyakit menular tersebut.
Apabila hal ini kemudian dikaitkan dengan upaya untuk mengetahui Frekwensi, Penyebaran dan Faktor – factor yang mempengaruhi suatu masalah kesehatan dalam masyarakat, maka tercakup dalam suatu cabang Ilmu Khusus yang disebut dengan Epidemiologi. Dan Epidemiologi ini merupakan inti dari Ilmu Kesehatan Masyarakat.
B. Burt Gerstman adalah tokoh dalam Ilmu Kesehatan Masyarakat yang mempunyai pendapat bahwa, Epidemiologi merupakan induk dari ilmu kesehatan masyarakat (The core of Public Health Science is Epidemiology). Pendapatnya Ia tulis dalam bukunya yang berjudul Epidemiology Kept Simple: An Introduction to Traditional and Modern Epidemiology (2nd ed., greatly expanded).  Seperti pada pernyataan dalam bukunya yaitu :
“Traditionally, epidemiology has been studied as the core science of public health. As such, it provided the objective basis for disease prevention and health promotion. Public health professionals of all types must communicate risk and read epidemiologic information. Epidemiology provides the tools to evaluate health problems and policies on a population basis.”
“Secara tradisional, epidemiologi telah dipelajari sebagai inti dari ilmu kesehatan masyarakat. Dengan demikian, hal itu memberikan dasar obyektif untuk pencegahan penyakit dan promosi kesehatan. Profesional kesehatan masyarakat dari semua jenis harus mengkomunikasikan risiko dan membaca informasi epidemiologi. Epidemiologi menyediakan alat untuk mengevaluasi masalah kesehatan dan kebijakan secara populasi.”

Senin, 24 Maret 2014

EPIDEMIOLOGI - Faktor Determinan terkait Herpes Zoster


Faktor Determinan/ Faktor yang mempengaruhi masalah kesehatan

Penurunan imunitas pada tubuh menyebabkan virus pada permukaan kulit dapat berkembang dan menjadi penyakit herpes. Herpes adalah penyakit menular yang dapat melalui kontak langsung dengan penderita atau pun bersentuhan pada bagian yang terinfeksi. Jika anda sedang mengalami sakit herpes ini sebaiknya anda berhati-hati dalam menjaga agar bintik air ini tidak pecah sehingga tidak menjalar ke area yang lebih luas. Pada sebagian kasus herpes dapat kempes dengan sendirinya karena sistem imun dari dalam tubuh kita yang bereaksi terhadap penyakit ini.
Penyebab herpes biasanya karena sistem imun sedang lemah, atau kebersihan badan yang kurang terjaga. Gejala herpes umumnya suhu badan menngkat disertai demam, cepat lelah, dan gampang pusing. Pada saat ini sistem imun pada tubuh akan menurun dan virus akan mudah masuk ke dalam tubuh sehingga menimbulkan infeksi pada permukaan kulit. Setelah virus berkembang sempurna pada tahap selanjutnya akan terdapat bintik-bintik berair yang sangat gatal dan mengganggu.
Bila anda menggaruknya dan bintik pecah akan menimbulkan iritasi pada kulit dan akan lebih menyebar ke area kulit yang lebih luas. Herpes zoster ini menyerang pada permukaan kulit terbuka, seperti seluruh bagian tubuh, misal punggung, dan dada. Penularannya bisa melalui kontak langsung dan bersentuhan dengan penderita.

EPIDEMIOLOGI - Penyebaran MK terkait Herpes Zoster

Penyebaran masalah kesehatan
Herpes zoster ditularkan antar manusia melalui kontak langsung, salah satunya adalah transmisi melalui pernapasan sehingga virus tersebut dapat menjadi epidemik di antara inang yang rentan. Resiko terjangkit herpes zoster terkait dengan pertambahan usia. Hal ini berkaitan adanya immunosenescence, yaitu penurunan sistem imun secara bertahap sebagai bagian dari proses penuaan. Selain itu, hal ini juga terkait dengan penurunan jumlah sel yang terkait dalam imunitas melawan virus varicella-zoster pada usia tertentu.
Penderita imunosupresi, seperti pasien HIV/AIDS yang mengalami penurunan CD4 sel-T, akan berpeluang lebih besar menderita herpes zoster sebagai bagian dari infeksi oportunistik. Herpes zoster dapat muncul disepanjang tahun karena tidak dipengaruhi oleh musim dan tersebar merata di seluruh dunia, tidak ada perbedaan angka kesakitan antara laki-laki dan perempuan, angka kesakitan meningkat dengan peningkatan usia. Di negara maju seperti Amerika, penyakit ini dilaporkan sekitar 6% setahun, di Inggris 0,34% setahun sedangkan di Indonesia lebih kurang 1% setahun.
         Herpes zoster terjadi pada orang yang pernah menderita varisela sebelumnya karena varisela dan herpes zoster disebabkan oleh virus yang sama yaitu virus varisela zoster. Setelah sembuh dari varisela, virus yang ada di ganglion sensoris tetap hidup dalam keadaan tidak aktif dan aktif kembali jika daya tahan tubuh menurun. Lebih dari 2/3 usia di atas 50 tahun dan kurang dari 10% usia di bawah 20 tahun. Kurnia Djaya pernah melaporkan kasus hepes zoster pada bayi usia 11 bulan.

EPIDEMIOLOGI - Frekuensi MK terkait Herpes Zoster


  Masalah kesehatan wabah herpes zoter dengan sudut pandang epidemiologi

Herpes zoster (nama lain: shingles atau cacar ular cacar api) adalah penyakit yang disebabkan oleh virus varicella-zoster. Setelah seseorang menderita cacar air, virus varicella-zoster akan menetap dalam kondisi dorman (tidak aktif atau laten) pada satu atau lebih ganglia (pusat saraf) posterior. Apabila seseorang mengalami penurunan imunitas seluler maka virus tersebut dapat aktif kembali dan menyebar melalui saraf tepi ke kulit sehingga menimbulkan penyakit herpes zoster. Di kulit, virus akan memperbanyak diri (multiplikasi) dan membentuk bintil-bintil kecil berwarna merah, berisi cairan, dan menggembung pada daerah sekitar kulit yang dilalui virus tersebut. Herper zoster cenderung menyerang orang lanjut usia dan penderita penyakit imunosupresif (sistem imun lemah) seperti penderita AIDS, leukemia, lupus, dan limfoma.

Penyelesaian penyakit herpes zoster menurut epidemiologi ada 3 hal:
a.       Frekuensi masalah kesehatan
Insiden herpes zoster tersebar merata di seluruh dunia, tidak ada perbedaan angka kesakitan antara pria dan wanita. Angka kesakitan meningkat dengan peningkatan usia. Diperkirakan terdapat antara 1,3-5 per 1000 orang per tahun. Lebih dari 2/3 kasus berusia di atas 50 tahun dan kurang dari 10% kasus berusia di bawah 20 tahun. Neuralgia pasca herpetic dapat timbul pada umur di atas 40 tahun, persentasenya 10-15 %. Makin tua penderita makin tinggi persentasenya.
Pada penderita tanpa disertai defisiensi imunitas biasanya tanpa komplikasi. Sebaliknya pada yang disertai defisiensi imunitas, infeksi HIV, keganasan, atau berusia lanjut dapat disertai komplikasi. Vesikel sering menjadi ulkus dengan jaringan nekrotik. Pada herpes zoster oftalmikus dapat terjadi berbagai komplikasi, diantaranya ptosis paralitik, keratitis, skleritika, korioretinitis, dan neuritis optic.
Paralisis motorik terdapat pada 1-5% kasus, yang terjadi akibat penjalaran virus secara per kontiunitatum dari ganglion sensorik ke sistem saraf yang berdekatan. Paralisis biasanya timbul dalam 2 minggu sejak awitan munculnya lesi. Berbagai paralisis dapat terjadi, misalnya di muka, diafragma, batang tubuh ekstremitas, dan vesika. Umumnya akan sembuh spontan.
Siapapun yang telah sembuh dari cacar air dapat terkena herpes zoster. Termasuk anak-anak. Namun, herpers zoter paling sering pada orang dengan umur 50 tahun atau lebih. Risiko terkena herpes zoter meningkat dengan bertambahnya usia.
Daerah yang paling sering terkena adalah daerah torakal, walaupun daerah-daerah lain tidak jarang. Sebelum timbul gejala kulit, terdapat gejala prodromal baik sistemik (demam, malese, pusing), maupun gejala prodromal lokal (nyeri otot-tulang, gatal, pegal). Lebih dari 80% biasanya diawali dengan gejala prodromal, gejala tersebut umumnya berlangsung beberapa hari sampai 3 minggu sebelum muncul lesi kulit. Gambaran yang paling khas pada herpes zoster adalah erupsi yang lokalisata dan hampir selalu unilateral. Jarang erupsi tersebut melewati garis tengah tubuh.

Minggu, 23 Maret 2014

EPIDEMIOLOGI-Definisi Sehat Menurut WHO




Definisi Sehat Menurut WHO
“Health is a state of complete physical, mental and social well-being and not merely the absence of diseases or infirmity” yang mempunyai arti “Kesehatan adalah keadaan sejahtera fisik, mental dan sosial kesejahteraan dan bukan hanya ketiadaan penyakit atau kelemahan”.

Menurut WHO, ada empat komponen utama yang disebut satu kesatuan dalam pengertian sehat yaitu :

1. Sehat Jasmani
Sehat jasmani adalah komponen utama dalam makna sehat sepenuhnya, berbentuk sosok manusia yang berpenampilan kulit bersih, mata bercahaya, rambut tersisir rapi, kenakan pakaian rapi, berotot, tak gemuk, nafas tak bau, selera makan baik, tidur nyenyak, gesit serta semua manfaat fisiologi badan jalan normal.

 2. Sehat Mental
Sehat Mental serta sehat jasmani senantiasa dikaitkan keduanya dalam pepatah kuno Men Sana In Corpore Sano yang berarti Jiwa yang sehat ada didalam badan yang sehat.

3. Kesejahteraan Sosial
Batasan kesejahteraan sosial yang ada di tiap-tiap area atau negara susah diukur serta benar-benar bergantung pada kultur, kebudayaan serta tingkat kemakmuran penduduk setempat. Dalam makna yang lebih hakiki, kesejahteraan sosial yaitu situasi kehidupan berbentuk perasaan aman damai serta sejahtera, cukup pangan, sandang serta papan. Dalam kehidupan penduduk yang sejahtera, penduduk hidup teratur serta senantiasa menghormati kebutuhan orang lain dan penduduk umum.

 4. Sehat Spiritual
Spiritual adalah komponen penambahan pada pengertian sehat oleh WHO serta mempunyai makna utama dalam kehidupan keseharian penduduk. Tiap-tiap individu butuh memperoleh pendidikan resmi ataupun informal, peluang untuk liburan, mendengar alunan lagu serta musik, siraman rohani seperti ceramah agama serta yang lain supaya berlangsung keseimbangan jiwa yang dinamis serta tak monoton.

Sumber : Wikipedia, Web WHO, blog.

EPIDEMIOLOGI - Teori Terjadinya Penyakit


Teori Terjadinya Penyakit

  • Definisi Penyakit Secara Umum
Penyakit adalah suatu keadaan abnormal dari tubuh atau pikiran yang menyebabkan ketidaknyamanan, disfungsi, atau kesukaran terhadap orang yang dipengaruhinya. Penyakit adalah keadaan yang bersifat objektif sedangkan rasa sakit adalah keadaan yang bersifat subjektif. Seseorang yang menderita penyakit belum tentu merasa sakit, sebaliknya tidak jarang ditemukan seseorang yang selalu mengeluh sakit padahal tidak ditemukan penyakit apapun pada dirinya (Azrul Azwar, 1988:18).

  • Teori-Teori Terjadinya Penyakit
1.      Contagion theory
Di Eropa, epidemi sampar, cacar, dan demam tifus merajalela pada abad 14 dan 15. Pada saat itu mendorong lahirnya teori bahwa kontak dengan makhluk hidup adalah penyebab penyakit menular. Konsep itu dirumuskan oleh Girolamo Fracastoro (1483-1553). Teorinya mengatakan bahwa penyakit ditularkan dari satu orang ke orang lain melalui zat penular, yaitu kantagion. Disebut juga teori cara penularan penyakit melalui zat penular. Konsep kontagion muncul pada abad XVI oleh Giralomo Fracastoro (1478-1553). Fracastoro dikenal sebagai salah satu perintis epidemiologi, ia juga dikenal sebagai seorang sastrawan yang terkenal di mana salah satu tokoh pelakunya bernama syphilis, yang hingga sekarang digunakan menjadi nama suatu penyakit kelamin.
Teori mengemukakan bahwa untuk terjadinya penyakit diperlukan kontak antara satu orang dengan orang yang lainnya. Fracastoro membedakan tiga jenis kontangion, yaitu:
1.      Jenis kontangion yang dapat menular melalui kontak langsung misalnya bersentuhan, berciuman, hubungan seksual
2.      Jenis kontangion yang menular melalui benda-benda perantara (benda tersebut tidak tertular, namun mempertahankan benih dan kemudian menularkan pada orang lain) misalnya melalui pakaian, handuk, sapu tangan
3.      Jenis kontangion yang dapat menularkan dalam jarak jauh
Menurut konsep ini sakit terjadi karena adanya proses kontak bersinggungan dengan sumber penyakit. Dapat dikatakan pada masa ini telah ada pemikiran adanya konsep penularan. Pada waktu itu orang belum mengenal kuman atau bakteri, namun mekanisme cara penularan menurut contagion tersebut mirip dengan cara yang dikenal sekarang dalam era bakteriologi. Misalnya dengan contagion dikenal cara penularan melalui kontak langsung (bersentuhan, berciuman, hubungan sex dll), melalui benda perantara (pakaian, sapu tangan, handuk dll) dan melalui udara (jarak jauh)
Teori ini tentu dikembangkan berdasarkan teori penyakit pada masa itu dimana penyakit yang melanda kebanyakan adalah penyakit yang menular yang terjadi adanya kontak langsung. Teori ini bermula dari pengamatan terhadap epidemic dan penyakit lepra di Mesir. Namun teori ini pada jamannya tidak diterima dan tidak berkembang.

2.      Hippocratic theory
Zaman Hippocrates (460-377 SM). Ia dianggap bapak epidemiologi pertama, karena beliaulah yang pertama-tama melihat bahwa penyakit merupakan fenomena massal dan menulis tiga buah buku tentang epidemi. Ia juga menguraikan bahwa penyakit bervariasi atas dasar waktu dan tempat sehingga pada saat itu  ia sebetulnya sudah tahu adanya pengaruh faktor alam/lingkungan yang ikut menentukan terjadinya penyakit.
Dapat juga dikatakan bahwa beliau sudah dapat melihat bahwa frekuensi penyakit terdistribusi tidak merata atas dasar berbagai faktor seperti waktu, tempat, atribut orang, dan atau faktor lingkungan lainya. Faktor-faktor sedemikian, yakni yang ikut mempengaruhi terjadinya penyakit, tetapi bukan penyebabnya, disebut faktor determinan atau faktor penentu(Juli Soemirat, 2010:23-24). Jadi Teory Hypocrates menyebutkan, bahwa timbulnya penyakit karena pengaruh Iingkungan terutama: air, udara, tanah, cuaca (tidak dijeIaskan kedudukan manusia dalam Iingkungan).

3.      Miasmatic theory
Teori Miasma, penyakit timbul karena sisa dari mahkluk hidup yang mati membusuk, meninggalkan pengotoran udara dan Iingkungan. William far menyebutkan bahwa miasma itu uap jasad renik yang membusuk. Hampir sama dengan Hippocratic teori, miasmatic teori menunjukkan gas gas busuk dari perut bumi yang menjadi kausa penyakit. Menurut teori ini penyakit timbul karena sisa dari mahkluk hidup yang mati membusuk, meninggalkan pengotoran udara dan Iingkungan.
            Teori Miasma Hippocrates menjelaskan bahwa penyakit terjadi karena “keracunan” oleh zat kotor yang berasal dari tanah, udara, dan air. Karena itu upaya untuk mencegah epidemi penyakit dilakukan dengan cara mengosongkan air kotor, membuat saluran air limbah, dan melakukan upaya sanitasi (kebersihan). Teori Miasma terus digunakan sampai dimulainya era epidemiologi modern pada paroh pertama abad kesembilan belas (Susser dan Susser, 1996a).
            Teori ini punya arah yang lebih spesifik , namun kurang mampu untuk menjawab pertanyaan berbagai penyakit. Teori miasma ini mulai berkembang pada awal abad ke 18 yaitu pada masa revolusi industri di Inggris, ketika terjadi wabah kholera di aliran sungai Thames. Pada waktu itu orang percaya bahwa bila seseorang menghirup uap busuk, maka ia akan terjangkit penyakit.
            Contoh pengaruh teori miasma adalah timbulnya penyakit malaria. Malaria berasal dari bahasa Italia mal dan aria yang artinya udara yang busuk. Pada masa yang lalu malaria dianggap sebagai akibat sisa-sisa pembusukan binatang dan tumbuhan yang ada di rawa-rawa. Penduduk yang bermukim di dekat rawa sangat rentan untuk terjadinya malaria karena udara yang busuk tersebut.

4.      Germ theory
       Teori ini dikemukakan oleh John Snow (1813-1858), seorang dokter ahli anestesi dari Inggris. Ia berhasil membuktikan adanya hubungan antara timbulnya penyakit kholera dengan sumber air minum penduduk. Dari hasil perhitungan ini di kemukakan kesimpulan bahwa air minum yang tercemar dengan tinja manusia adalah penyebab timbulnya penyakit kholera. Kesimpulan ini diambil tanpa mengetahui adanya kuman kholera, karena pengetahuan tentang pengetahuan ini baru kemudian muncul. Pada teori ini jasad renik (germ) dianggap sebagai penyebab tunggal penyakit (Azrul Azwar, 1988:18).

  •  TEORI EKOLOGI LINGKUNGAN
1.      Model Gordon
Teori ini di kemukakan oleh John Gordon pada tahun 1950 dan dinamakan model Gordon sesuai dengan nama pencetusnya. Model gordon ini menggambarkan terjadinya penyakit pada masyarakat, ia menggambarkan terjadinya penyakit sebagai adanya sebatang pengungkit yang mempunyai titik tumpu di tengah-tengahnya, yakni lingkungan (L). Pada kedua ujung batang tadi terdapat pemberat, yakni A, H. Dalam model ini A, H dan L dianggap sebagai tiga elemen utama yang berperan dalam interaksi ini, sehingga terjadi keadaan sehat ataupun sakit, dimana :
A = agent/penyebab penyakit
B = host/populasi berisiko tinggi, dan
C = lingkungan
            Interaksi di antara tiga elemen tadi terlaksana karena adanya faktor penentu pada setiap elemen. Model ini mengatakan bahwa apabila pengungkit tadi berada dalam keseimbangan, maka dikatakan bahwa masyarakat berada dalam keadaan sehat.

2.    The wheel of causation (Teori Roda)
Model ini menggambarkan hubungan manusia dan lingkungannya sebagai roda. Roda tersebut terdiri atas manusia dengan substansi genetik pada bagian intinya dan komponen lingkungan biologi, sosial, fisik mengelilingi penjamu. Ukuran komponem roda bersifat relatif, tergantung problem spesifik penyakit yang bersangkutan.
Teori ini merupakan pendekatan lain untuk menjelaskan hubungan antara manusia dan lingkungan. Roda terdiri daripada satu pusat (pejamu atau manusia) yang memiliki susunan genetik sebagai intinya. Disekitar pejamu terdapat lingkungan yang dibagi secara skematis ke dalam 3 sektor yaitu lingkungan biologi, sosial dan fisik.
Untuk penyakit-peyakit bawaan (herediter) inti genetik relatif lebih besar. Untuk kondisi tertentu seperti campak, inti genetik relatif kurang penting oleh karena keadaan kekebalan dan sektor biologi lingkungan yang paling berperanan. Pada model roda, mendorong pemisahan perincian faktor pejamu dan lingkungan, yaitu suatu perbedaan yang berguna untuk analisa epidemiologi.

3.    The web of causation (jaring-jaring sebab akibat)
Teori jaring-jaring sebab akibat ini ditemukan oleh Mac Mohan dan Pugh (1970). Teori ini sering disebut juga sebagai konsep multi factorial. Dimana teori ini menekankan bahwa suatu penyakit terjadi dari hasil interaksi berbagai factor. Misalnya factor interaksi lingkungan yang berupa factor biologis, kimiawi dan social memegang peranan penting dalam terjadinya penyakit.
            Hakikat konsep ini adalah efek yang terjadi tidak tergantung kepada penyebab-penyebab yang terpisah secara mandiri, tetapi lebih merupakan perkembangan sebagai suatu akibat dari suatu rangkaian sebab-akibat, dimana setiap hubungan itu sendiri hasil dari silsilah (geneologi) yang mendahuluinya dan yang kompleks (complex geneology of antecenden).
Suatu penyakit tidak tergantung kepada penyebab yang berdiri sendiri-sendiri, melainkan sebagai akibat dari serangkaian proses sebab akibat. Penyakit juga dapat dicegah atau dihentikan dengan memotong mata rantai di berbagai faktor. Contoh: Jaringan sebab akibat yang mendasari penyakit jantung koroner (PJK) dimana banyak faktor yang merupakan menghambat atau meningkatkan perkembangan penyakit.






DAFTAR PUSTAKA

            Azwar, Azrul. Pengantar Epidemiologi. Binarupa Aksara.
            Timmreck, Thomas C. Epidemiologi Suatu Pengantar. Penerbit Buku Kedokteran EGC.
            Chandra, Budiman. Pengantar Kesehatan Lingkungan. Penerbit Buku Kedokteran EGC.